Subscribe Us

header ads

Hubungan Hadits Dengan Al-Qur'an


Pengertian Dan Sinonim Hadits

Hadits bentuk jamaknya adalah hidas, Hudasa, dan Hudus
Dari segi Bahasa, kata Hadits mempunyai beberapa arti, yaitu:
  1. Baru (jadid), lawan dari terdahulu (qadim)
  2. Dekat (qarib), tidak lama lagi terjadi, lawan dari jauh (ba’id)
  3. Warta berita (khabar), Sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lainnya.
Hadits yang bermakna khabar ini dihubungkan dengan kata tahdis yang berarti Riwayat, ikbar (mengkhabarkan).

Allah juga menggunakan kata hadits dengan arti khabar sebagaimana tersebut dalam Firman-Nya: 

“ fal yaktu bihaditsin mislihi in kanu sadiqiin”

Artinya: ”maka Hendaklah mereka mendatangkan suatu kabar (kalimat) yang semisal Alqur’an itu, jika mereka orang-orang yang benar” (Q.S. At-Thur: 34)

Adapun pengertian Hadis menurut Ahli Hadits ialah:

”aqwaluhu shalallahu alahi wasalam wa afaluhu waahwaluhu”
”Segala ucapan, segala perbuatan, dan segala keadaan atau prilaku nabi SAW”

Yang dimaksud dengan keadaan adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dalam kitab sejarah, seperti kelahirannya tempatnya dan hal yang bersangkut paut dengannya, baik sebelum diangkat menjadi seorang rasul maupun sesudahnya,

Sebagian ulama berpendapat bahwa hadits itu meliputi sabda Nabi, perbuatan, dan taqrir (ketetapan) darinya.

Oleh karena itu, ada istilah Hadits Marfu’ yaitu sauatu Hadits yang sampai kepada Nabi SAW, Hadits Mauquf, yaitu Hadist yang sampai kepada sahabat, dan Hadits Maqtu yaitu hadits yang hanya sampai kepada tabi’in saja.

Disamping itu, ada beberapa kata yang bersinonim (muradif) dengan kata hadits seperti Sunnah, Khabar, dan Atsar

1. Sunnah
Sunnah bentuk jamaknya ialah Sunan yang secara bahasa adalah jalan yang diikuti atau kebiasaan yang baik maupun yang buruk. Baik dan buruk tersebut ditentukan dengan cara penafsiran atau penisbatan (idafat)

” Attariqatul mu’tadatu hasanatan kanat am sayyiatan”

Arinya: ”Cara atau jalan yang biasa di tempuh, baik terpuji maupun tercela”

Di antara contoh penisbatan adalah Hadist riwayat muslim dalam Shahihnya dari jabir bin Abdullah:

”man sanna fil islami sunnatan hasanatan faumila biha ba’dahu kutiba lahu mislu ajri man amila biha wal yanqusu min ujurihimsaiun.wa man sanna fil islami sunnatan saiatan faumila biha badahu kutiba alaihi mislu wijri man amila biha wala ynqusu minaw jarihim saiun” 

Artinya:  "Barangsiapa yang membuat tradisi yang baik dalam islam lalu tradisi tersebut diikuti orang, baginya pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala orang  yang mengerjakannya. Dan barang siapa yng membuat tradisi yang jelek dalam islam lalu tradisi itu diikuti oleh orang lain, baginya dosa orang yang mengerjkannya tanpa mengurangi dosa orang yang mengerjakannya.” 

Dalam penisbatan (idafat), kata sunnah bisa berarti pujian ataupun celaan, bergantung pada apa yang dinisbatkan kepadanya. Dalam Hadits berikut ini, kata sunnah berarti sesuatu yang baik dan terpuji; 

”alaikum bisunnati wasunnatil khulafaurasyidinal mahdiyyina minba’di. 

Artinya: ”berpeganglah kalian pada Sunnahku dan sunnah khulafaurasyidin yang diberi petunjuk setelahku.”

”Sesungguhnya kamu akan mengikuti sunnah-sunnah (perjalanan-perjalanan) orang yang sebelummu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga sekirannya mereka memasuki sarang dab (biawak), sungguh kamu memasuki juga.”

Kedua Hadist diatas memberikan pengertian bahwa kata sunnah diartikan ”jalan” sebagaimana di kehendaki oleh ilmu bahasa.

Pengertian Sunnah menurut Ahli hadist, yaitu: 

”Ma nuqila aninnbiyyu sallallahu alaihi wa sallam min aqwalin wa afalin aw taqririn” 

Artinya: segala sesuatu yang dinukilkan/diriwayatkan dari nabi SAW baik berupa perkataan, berbuatan maupun taqriri (ketetapan) beliau.

Contoh sabda Nabi SAW:

"Taraktufikumamraini lan tadillluu ma in tamassaktum bihima kitabillahi wa sunnata rasuulihi”  [HR Malik]

Artinya Aku tinggalkan untukmu dua perkara: tidak sekali-kali kamu sesat selama kamu berpegang/pedoman kepada keduannya, yakni Kitbullh (Alqur’an dan Sunnah Rasul).

Dengan demikian, Hadit dan Sunnah mempunyai persamaan, yakni keduannya bersumber pada Rasulullah SAW. Sedangkan Perbedaannya adalah Sunnah itu lebih umum daripada hadist.

Menurut d.Taufik bahwa Sunnah Nabi hanyalah tata cara dan perilaku nabi yang beliau praktekkan terus menerus dan diikuti oleh para sahabatnya, sedangkan hadist adalah perkatan nabi yang diriwaytkn oleh orng seorang atau dua orang, lalu hanya mereka aja yang mengetahuinya dan tidak menjadi pegangan  atau amalan umum. Sedangkan Ibnu human menjelaskan bahwa Sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW, baik perkataan maupun perbuatan beliau, sedangkan hadist hanya khusus mengenai perbuatan beliau.

2. Khabar
Dari segi bahasa, khabar artinya Warta atau berita yang disampaikan dari seseorang kepada orang lain. Khabar menurut istilah ahli Hadist yaitu:

Ma udifa ilannabiyyu sallallahu alaihi wasallam aw khairihi.

Artinya: segala sesuatu yang disandarkan atau berasal dari Nabi Saw atau selain dari pada nabi SAW. Oleh sebab itu khabar lebih umum dari pada Hadist. Khabar mencakup segala sesuatu yang berasal dari nabi dan selain nabi, seperti perkataan sahabat dan tabiin, sedangkan hadist hanya segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun taqrir (ketetapan) beliau.

Contoh: Ali bin Abi Thalib ra. Berkata, "Min sunnatiwad’ ulkaffi tahtassurrati fissalah’ 

Artinya: sunnah ialah meletakan tangan dibawah pusar sewaktu melakukan solat.

Oleh karena itu sebagian ulama berpendapat bahwa khabar itu menyangkut segala sesuatu yang datang selain darin selain Nabi Saw, sedangkan Hadist khusus untuk segala sesuatu yang berasal dari nabi Saw.

3. Atsar
Dari segi bahasa artinya bekas sesuatu atau sisa sesuatu. Dan berarti pula nukilan (yang dinukilkan). Karena Doa yang dinukilkan berasal dari nabi Saw dinamakan doa maksur.

Atsar menurut istilah sama dengan pengertian khabar dan hadist. Sebagian ulama mengatakan.

Sedangkan ulama mengatakan Atsar lebih umum dari khabar, yaitu atsar berlaku bagi segala sesuatu dari Nabi saw maupun dari selain nabiSaw, sedangkan khabar khusus bagi segala sesuatu dari nabi Saw saja.

Para fuqaha memakai istilah atsar untuk perkataan-perkataan ulama salaf, sahabat, tabiin dan lain-lain.

Adapun macam-macam hadist ada tiga yaitu Hadist yang berupa perkataan (qauliyah), berupa perbuatan (fi’liyah) dan berupa ketetapan (taqririyah) 

[Bersambung]

[Sumber: Sidikalang Sisiangkat]
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments